Cinta Terpendam (152 )
Hari ke 152
Cinta Terpendam (2) Oleh Sri Rahmalina
Aini masih asyik dengan cuciannya. Masa pandemi ini tak mengubah semangatnya untuk tetap berjuang. Wajahnya sedikitpun tiada menampakkan kelelahannya. Wajah yang sangat tenang. Hampir satu jam ia menyelesaikan tugas. Setelah menjemur pakaian, Aini singgah ke meja makan. Bukan untuk sarapan, hanya mengangkat piring kotor untuk dibersihkan. Ia rapikan meja dan ia pun bersiap untuk pulang. Aini tak menyadari kalau seluruh aktifitas yang dilakukannnya sedang diperhatikan oleh seseorang.
Aini pamitan dengan Bu Atik yang sedang berada di kamar tengah. Ruang keluarga. Bu Atik duduk sambil membaca al-Qur'an.
"Bu, saya pamit, mohon maaf kalau ada yang tidak sesuai dengan harapan ibu." Ucap Aini sambil mencium tangan Bu Atik.
"Ya ndak nak, justru ibu berterima kasih sudah ada yang bantuin. Kamu udah sarapan?" Yuk sarapan dulu!" sambil menggandeng tangan Aini.
Aini menggelengkan kepalanya.
"Maaf Bu, saya tidak bisa. Masih ada tugas yang harus saya selesaikan. Lain kali aja ya Bu." Aini menolak dengan halus ajakan Bu Atik dan ia segera pamit.
Bu Atik memandang Aini hingga bayangannya hilang.
"Bu, kok melamun?" Raihan memeluk lengan bahu kakak iparnya. Wajah Raihan sangat ingin tahu apa yang dirasakan wanita setengah baya yang sangat disayanginya. Ibunya sudah meninggal dunia 10 tahun yang lalu. Raihan sudah menganggap Bu Atik sebagai kakak sekaligus ibu baginya.
Wajah Bu Atik kelihatan sedih.
"Kakak merasa bangga bisa mengenal gadis itu. Gadis yang ayu dan sopan. Rajin bekerja dan sabar.
Hari Selasa, 14 Juli 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerita yang menyentuh. Sukses selalu, ibu. Barakallah
Aamiin...terima kasih bu Hafni
Mengharukan.....keren bu
Alhamdulillah, terima kasih Suhu
wow..kisah Aini..melas ya.
Supaya mengharukan hati Pak
Keren, Bu. Selamat berkarya.
Ya Pak, terima kasih
Keren, Bu